KENAPAAKU DIUJI? "Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."-Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Apakahmanusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al Ankabut: 2-3) Anda beriman?
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan yang dusta." (Al-Ankabut: 2-3) Seorang mukmin mungkin bisa tahan dengan duri-duri jalan hidup.
Apakahkamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Jikaseseorang tidak mau diuji caranya mudah. Tinggalkan saja pengakuan diri sebagai seorang beriman. Selesai, dia tidak bakal diuji lagi oleh Allah. Sehingga syetan-pun tertawa, dan itu berarti pekerjaan syetan sudah selesai terhadap orang itu karena ia lebih memilih kekafiran sebagai jalan hidup daripada keimanan. Namun bagi seorang yang
WanitaAcuan Al-Quran Ialah Seorang wanita Yang Beriman. Yang Hatinya Disaluti Rasa Taqwa Kepada Allah SWT. " Kami telah beriman, " dan mereka tidak diuji ? ( Surah Al-Ankabut : 3) Menjelang bulan Februari, pasti ramai anak-anak muda yang sedang hangat dilamun cinta tidak sabar untuk meraikan ketibaan Hari Kekasih atau Hari Valentine
BerIMAN bahwa Allah mengUJI seorang hamba sesuai dengan keMAMPUannya. "Allah tidak memBEBANi seseorang melainkan SESUAI dengan keSANGGUPannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. " (QS Al Baqarah : 286) "Tidak semestinya seorang muslim mengHINA dirinya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Surah Al-Ankabut Ayat 2-3). 2.
Allah Dalam artian bahwa manusia bertakwa adalah yang melaksanakan Islam. secara kaffah. 2. Hamba yang selalu bersyukur dan. tidak pernah ' ngersulo ' kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi. Dalam kondisi berlebihan/bahagia, manusia sudah biasa dan selalu siap untuk. bersyukur. Alhamdulillah, hari ini dapat rejeki, Subhanallah, saya
Imankepada qada dan qadar termasuk rukun iman yang ke enam. Setiap pribadi muslim wajib meyakininya. Tidak sempurna iman seseorang jika ia tidak beriman kepada qada dan qadar. Qada dan qadar merupakan rahasia Allah swt. Manusia hanya berharap dan berusaha. Sementara Allah-lah yang menentukan hasil atau ketetapannya.
AyatAl-Quran Tentang Ujian Dan Dugaan. 05/11/2017 By Yandi Hatadi. Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (sahaja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
Terutamanyakepada orang yang beriman. Pasti akan diuji. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
Kesempurnaantidak akan tercapai tanpa persediaan rapi. Di samping berusaha sedaya upaya, kita juga perlu memenuhi semua prasyarat untuk mencapai kejayaan.","body":" \"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya); dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan
FirmanAllah لا يكلف الله نفساً إلا وسعها , bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya ( Al-Baqarah: 286) adalah penjelasan yang menguatkan prinsip tersebut. Pembebanan adalah perkara yang menyulitkan. Karena itu harus berbanding lurus dengan kemampuan. Imam Qurtuby berkata, "Allah menggariskan bahwa Dia
Kitaingin pulang menziarahi ibu bapa di kampung, tetapi menangguhkan sehingga berlalu beberapa bulan. Kita ingin bersenam untuk menjaga kesihatan, tetapi masih beralasan dengan pelbagai perkara. Hakikatnya tidak ada siapa tahu berapa banyak masa lagi masa yang mereka ada. Kerana itu Rasulullah SAW pernah berpesan agar beramal sebelum datang 7
JI2t. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki ragam bentuk ujian yang Allah hadirkan kepada setiap manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada Allah tersebut, merupakan cara untuk mengukur seberapa besar dan seberapa tinggi tingkat beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam ekonomi yang dialaminya, alih-alih mebuatnya putus asa justru menjadikannya semakin rajin dan giat berusaha dengan terus berdoa kepada Allah untuk diberikan kelapangan rezeki. Kehilangan orang-orang yang dicintainya justru menyadarkannya bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Karena setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia fana ini. Sakit yang dideritanya, semakin meanambah keimanannya. Karena dia juga yakin bahwa dengan sakitnya itu Allah mengajarkan betapa manusia tidak punya daya dan kekuatan apa pun selain kekuatan yang Allah berikan kepadanya. Kesulitan dalam menadapatkan pasangan hidup, menjadikan seorang mukmin sadar bahwa Allahlah yang menentukan segalanya. Dan ketidakhadiran buah hati yang dinanti selama ini menjadikannya semakin kuat beribadah kepada Allah dan menyerahkan semua urusannya kepada-Nya. Dia menyadari bahwa tidak mudah menjaga amanat. Dia berbaik sangka kepada Allah dengan meyakini setulus hati bahwa pasti ada rencana terbaik yang telah Allah siapkan sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab..* Ruang Inspirasi, Selasa, 14 September
Manusia seperti permata sebagaimana orang bijak katakan sebagai berikut Permata tak bisa di poles tanpa gesekan, manusia tak bisa sempurna tanpa ujian Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu. Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw. Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalaninya bersama para nabi-nabi adalah yang terberat. Suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau SAW menjawab “Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian yang sesudah mereka secara berurutan berdasarkan tingkat kesalehannya. Seseorang akan diberikan ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa sedikit pun.” HR Bukhari. Namun demikian Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong. Firman Allah Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”Albaqarah 286 Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai? Firman Allah “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Alankabut 2 Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya. Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang. Firman Allah Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Albaqarah 214. Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu. Sesuai Firman Allah Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ali Imran 120
- Setiap mukmin akan menghadapi ujian yang hadir dalam berbagai wujud. Kendati demikian, Allah telah menjanjikan bahwa ujian yang diberikan telah disesuaikan dengan batas kemampuan seorang hamba. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” QS. Al-Baqarah 286.Ditegaskan pula dalam QS. Al-Ankabut 2—3 bahwa pernyataan kami telah beriman’ tidaklah cukup. Keimanan seorang mukmin dibuktikan dengan ujian. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” QS. Al-Ankabut 2-3. Iman Sebagai Bekal Menghadapi Ujian Iman adalah pilar penting dalam beragama sehingga harus dimiliki seorang mukmin. Mengutip dari E-Modul Al-Quran Hadis, iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Kehidupan manusia akan menggelap karena tidak punya arah tujuan jika tanpa iman. Umat Islam dibekali iman untuk menghadapi ujian. Disebutkan melalui laman DPPAI UII, iman merupakan pondasi hidup umat Islam. Iman yang sejati akan menjadi sumber kekuatan seorang muslim ketika diuji oleh Allah melalui berbagai macam ujian. Lima Ujian yang Dihadapi Seorang Mukmin Dalam sebuah hadis, Rasulullah menjelaskan lima ujian yang dihadapi seorang mukmin “Dari Anas bin Malik RA, yang berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian, yaitu mukmin yang menghasutnya; munafik yang membencinya; kafir yang memeranginya; nafsu yang menentangnya; dan setan yang selalu menyesatkannya”. HR. adDhailamiMengutip dari E-Modul PAI, berdasarkan pandangan Abu Bakr bin Laal yang dilandaskan pada hadis tersebut, berikut merupakan uraian lima ujian keimanan kaum mukmin 1. Mukmin yang Saling MendengkiSifat ini muncul dari kesombongan sehingga orang yang dengki tidak bisa menerima bila ada yang lebih hebat darinya. Keduanya termasuk penyakit hati yang muncul ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat. Perasaan iri dan dengki akan merusak persaudaraan antar-mukmin. Contoh saling mendengki adalah persaingan politik dan persaingan bisnis yang tidak sehat sehingga akan memunculkan keinginan untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara. 2. Kaum Munafik yang Membenci Kaum MukminKaum munafik merupakan kelompok orang yang di permukaannya mengaku Islam, tetapi hatinya mengingkari. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang orang munafik. Bahkan ada sebuah surat dalam Al-Qur’an yang bernama QS. Al-Munafiqun. Dalam ayat pertama QS. Al-Munafiqun, telah ditegaskan bahwa persaksian orang munafik adalah dusta “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta,” QS. Al-Munafiqun mengapa, umat mukmin harus waspada terhadap kaum munafik karena mereka akan memecah belah umat. Mengutip dari E-Modul PAI, orang munafik lebih berbahaya dari orang kafir. Contoh kaum munafik yang membenci umat Islam dibuktikan dengan berkembangnya permusuhan dan perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh adu domba yang diciptakan orang munafik yang di luarnya mengaku Islam, tetapi hatinya ingkar. 3. Orang Kafir yang Memerangi Kaum MukminMelansir dari E-Modul PAI Kelas X 48, orang kafir adalah golongan penentang perkara haq dan mendukung bathil. Mereka senantiasa tolong-menolong guna memerangi kamu mukmin. Saat ini peperangan kaum kafir kepada mukmin berupa perang pemikiran ghzwul fikr. Contohnya adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini membuka kesempatan terhadap berbagai suguhan hiburan dan gaya hidup yang menyerang pemikiran umat Islam. Jika tidak disikapi dengan bijak, maka hal ini akan berdampak buruk terhadap kualitas iman kaum mukmin. 4. Tipu Muslihat Setan yang Selalu MenyesatkanMenurut E-Modul PAI Kelas X, seorang mukmin yang telah dikuasai tipu daya setan tidak berdaya mengendalikan diri, menahan amarah, mengendalikan nafsu, sifat takabur, kikir dalam bersedekah dan sifat-sifat buruk setan lainnya. Adapun contoh tipu muslihat setan ditunjukkan melalui tingginya angka kriminalitas dan tindakan pelanggaran hukum, baik hukum agama maupun hukum positif di negeri ini. Berbagai tindak kejahatan merupakan bentuk kemenangan hasutan setan. 5. Godaan Hawa NafsuGodaan hawa nafsu sangat berbahaya bagi setiap mukmin. Jihad melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh yang nyata. Itulah sebabnya hawa nafsu dikatakan sebagai musuh terberat seorang mukmin. Godaan hawa nafsu terwujud dalam ketidakmampuan mukmin untuk istiqomah dalam kebaikan dan justru mengikuti hawa nafsu belaka. Dilansir dari E-Modul PAI Kelas X, niat mulia seorang mukmin yang telah berjanji istiqamah beribadah tidak akan pernah terwujud jika ia terus mengikuti hawa juga Rangkuman PAI Iman Kepada Kitab Allah Rukun Iman Ketiga & Dalilnya Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Makna Beriman Kepada Allah & Rasul - Pendidikan Kontributor Nurul AzizahPenulis Nurul AzizahEditor Yulaika Ramadhani
Gaya Hidup BuddyKu Rabu, 22 Juni 2022 - 2317 Setiap muslim tentu mendambakan surga dengan segala kenikmatannya. Namun, surga yang dijanjikan Allah tidak begitu saja diraih sebelum diuji dengan berbagai cobaan. Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan orang-orang beriman. " Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? " QS Al-Ankabut Ayat 2 Pada ayat ini, Allah bertanya kepada manusia yang mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat Syahadat bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja tanpa lebih dahulu diuji? Tidak, setiap orang beriman justru harus diuji lebih dahulu, sehingga keimanannya terbukti. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Misalnya, perintah berhijrah meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan, berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah. Selain itu, ujian musibah seperti kehilangan anggota keluarga, kemiskinan, bencana kekeringan, banjir dan sebagainya. Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dan bersabar menghadapinya. Pada ayat lain, Allah berfirman Artinya " Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ." QS Al-Baqarah Ayat 214 Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang ditimpa kesulitan agar merasa yakin bahwa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Untuk mencapai keridhaan Allah dan memperoleh surga tentu harus melalui perjuangan gigih dan penuh cobaan sebagaimana halnya dialami orang-orang terdahulu. Manusia yang Ujiannya Paling Dahsyat Siapa yang bersabar dan lulus dalam menghadapi berbagai ujian di dunia, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Allah menegaskan "Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Dalam Hadis Nabi disebutkan manusia paling dahsyat ujiannya. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda Artinya " Manusia yang paling dashyat ujiannya adalah para Anbiya Nabi dan Rasul kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran dalam suatu riwayat kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi ." HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, Al-Hakim
tidak beriman seseorang sebelum diuji